Bima, – Di tengah arus modernisasi yang kian deras, semangat menjaga warisan leluhur tetap menyala terang di tangan para pemuda adat. Salah satu sosok yang menonjol dalam perjuangan ini adalah Ade Purnawirawan yang biasa disapa Ade Mbojo, Ketua Pengurus Harian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Bima. Ia dikenal sebagai figur muda yang konsisten memperjuangkan pengakuan wilayah adat Oi Bura sekaligus mengangkat martabat perempuan adat di Bima, Nusa Tenggara Barat.
Perjuangan Ade Mbojo tidak datang dengan mudah. Ia bersama komunitas adat setempat berjuang keras melakukan pemetaan wilayah adat Oi Bura—sebuah langkah krusial untuk mempertegas eksistensi dan hak masyarakat adat atas tanah leluhur mereka. Proses pemetaan ini dilakukan secara partisipatif, melibatkan tetua adat, pemuda, hingga perempuan adat, untuk memastikan narasi sejarah dan batas wilayah tersusun dengan akurat.
“Pemetaan wilayah adat adalah bentuk perlawanan kami terhadap penghapusan identitas. Ini bukan hanya soal tanah, tapi juga soal jati diri dan kelangsungan hidup kami sebagai masyarakat adat,” tegas Ade dalam salah satu forum komunitas.
Tidak hanya fokus pada urusan lahan, Ade juga menjadikan isu kesetaraan gender sebagai bagian tak terpisahkan dari perjuangannya. Ia membuka ruang-ruang diskusi dan pelatihan bagi perempuan adat untuk memperkuat peran mereka dalam kehidupan sosial, budaya, hingga pengambilan keputusan komunitas.
Berkat kegigihannya, perempuan adat kini mulai mengambil peran lebih strategis di tingkat komunitas, termasuk dalam musyawarah adat dan proses perlindungan lingkungan.
Dengan langkah-langkah nyata itu, Ade Mbojo tidak hanya memperjuangkan tanah, tapi juga martabat. Ia mewakili generasi baru pemuda adat yang tidak melupakan akar, sekaligus memodernisasi perjuangan dengan pendekatan inklusif dan partisipatif. (Red)